Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SDN Dempo Barat I, Awal Mula Saya Mengenal Buku dan Literasi.

Namanya SDN Dempo Barat I. Letak bangunannya yang persis di pinggir jalan raya, membuat sekolah itu mudah ditemukan. Bangunan yang atap ketiga kelasnya dulu pernah rusak, yaitu kelas 2 sampai kelas 4, kini sudah bagus dan rapi. 

Foto : Website Kemendikbud.go.id

Dulu halamannya masih berdebu, penuh dengan batu dan kerikil, tapi saat ini sudah tertata rapi dan dilapisi oleh paving.  Satu pohon cempaka juga masih berdiri tegak di sana, menjadi saksi bisu masa kanak-kanak kami ketika bermain, berkelahi dan menangis. 

Setiap kali melintas di depannya sebuah memori masa kecil muncul dalam benak, bagaimana awal mula saya mengenal buku dan literasi dari sekolah ini. 

Saya masih duduk di bangku kelas 5. Waktu itu, saya tertarik pada buku pelajaran IPA  (Ilmu Pengetahuan Alam) yang dipinjamkan oleh sekolah. Salah satu materi dalam buku tersebut mengulas bagaimana hewan dan tumbuhan beradaptasi dengan lingkungannya untuk bertahan hidup, seperti contoh, Bunglon yang melakukan kamuflase atau berganti warna kulit sesuai tempatnya untuk mengelabuhi mangsanya. 

Karena terpikat dengan kandungan ilmu di dalamnya, saya berinisiatif untuk memiliki buku tersebut. Maka, saya dengan beberapa bantuan teman menyusun strategi, dan berhasil menyelundupkan buku tersebut keluar dari perpustakaan tanpa sepengetahuan guru. Dari buku-buku hasil selundupan itu, saya mulai mengenal nama-nama tokoh dunia – yang waktu itu mungkin masih asing di telinga teman-teman sekelas – seperti, Nicolaus Copernicus, seorang astronom yang mengembangkan teori heliosentrisme Tata Surya dalam bentuk terperinci, dan Galileo Galilie

Dari sejumput ilmu yang saya baca dari buku-buku tersebut banyak hal yang bisa dipelajari dan mengubah cara pandang yang selama ini ternyata salah. 
Terima kasih SDN Dempo Barat atas buku-buku yang sudah kau relakan untuk kubaca. Ketika tulisan ini dibuat, Pak Sa’i selaku kepala sekolah saya dulu, telah berpulang ke Rahmatullah, Semoga beliau tenang di sisi-Nya. Alfatihah !

Maafkan muridmu yang bandel ini.


Dempo Barat, 26 Juli 2020

Mahfud
Mahfud Bookish, Anime Lover, Blogger Beginer.

4 comments for "SDN Dempo Barat I, Awal Mula Saya Mengenal Buku dan Literasi."

  1. Wah ngomongin buku yah :D

    Waktu SD saya sangat gembira sekali kalo ada penjual buku ke sekolah (Buka bazar gitu). Sebelum mereka datang saya udah ada tabungan tersendiri untuk beli buku tersebut. Senang banget sih, ingat banget saya waktu itu beli buku rumus cepat menghitung pakai jari. Harganya berapa yah lupa, kalo gak salah sekitar 15 ribu deh :D

    Sampe sekarang kalo lupa-lupa, saya perkalian pakai tangan, simpel aja sih ya cara bahagia wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah. enak banget dong kak sudah ada bazar buku. bisa dapat akses bacaan. kalau saya dulu akses bacaan satu2nya cuma buku yang dipinjamkan oleh sekolah. meskipun ada perpustakaan sekolah tapi ga difungsikan. :(

      Delete
  2. Lalu, apa kabar buku selundupan itu kemudian? Kaubalikin lagi gak?

    BTW mengapa tidak meminjamnya saja secara resmi? Duileee. Meskioun perpustakaannya tidak difungsikan sebagaimana mestinya, kan bisa ngomong baik-baik ke wali kelas. Dari situ, siapa tahu lalu para guru disadarkan betapa anak-anak dahaga akan ilmu ceiiileee.

    Tai yo bisa dimaklumi sih, ya, masih bocah, takut bilang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukunya udh ga tw pada kemana kak.
      Iya kak. takut bilang. Gurunya kan galak-galak. :(

      Delete